Kamis, 24 Desember 2015

Teori Pertumbuhan Kota(Spiro Costof)

Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota ada dua macam yaitu geometri dan organik.Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu Planned dan Unplanned:
§  Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa abad pertengahan dengan pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometrik.







§  Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara sepontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut dengan organik pattern, bentuk kota organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan non geometrik.
 






Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh kostol dianalogikan secara biologis seperti organ tubuh manusia, yaitu :
1.Square, open space sebagai paru-paru.
2.Center, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic).
3.Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh.
4.Kegiatan ekonomi kota sebagai sel yang berfikir.
5.Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh.
6.Unsur kapital (keuangan dan bangunan) sebagai energi yang mengalir ke     seluruh sistem perkotaan.

Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi ruang komunal dan ruang publik yang tidak teratur tetapi menunjukkan adanya kontak sosial dan saling menyesuaikan diri antara penduduk asli dan pendatang, antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Perubahan demi perubahan fisik dan non fisik (sosial) terjadi secara sepontan. Apabila salah satu elemenya terganggu maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari keseimbangan baru. Demikian ini terjadi secara berulang-ulang.

Paris

Paris “Modern” adalah hasil dari rancangan ulang urban pada pertengahan abad ke-19. Telah berabad-abad kota ini menjadi labirin bagi jalan sempit, namun sejak tahun 1852, urbanisasi luas Baron Haussmann meratakan seluruh distrik yang ada untuk membuat jalan agar lebih lebar kemudian melengkapinya dengan bangunan batu dengan desain neo-klasik bourgeoise. Sementara Paris saat itu masih memberlakukan hukum “pelurusan” yang diubah (facade bangunan diganti menurut lebar jalan) pada pembangunan baru. Tinggi dari bangunan juga di tetapkan menurut lebar jalan yang dilaluinya, dan ciri bangunan Paris telah mengalami perubahan sejak pertengahan abad ke-19 untuk konstruksi yang tinggi.




Di Perancis pada pertengahan 1800. Kala itu, di bawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte III yang merekrut prefek Seine sekaligus ahli tata kota, Baron Haussmann, di lakukan penataan ulang Paris secara radikal.
Paris pada awal 1800-an begitu berkembang dan menjadi kawasan kumuh. Kota di penuhi gang sempit. Saluran air dan sungai tidak berfungsi baik dan Paris menjadi kota sumber penyakit. Tingkat kematian warga tergolong tinggi saat itu. Haussmann kemudian menggusur banyak bangunan yang sudah berdiri sejak abad XI-XII, termasuk beberapa gedung di Ille de Cite, di mana Notre Dame berdiri. Ia menggusur banyak bangunan guna menambah tujuh boulevard baru selebar 30 meter.
Haussman di juluki seniman penghancur, kritik pedas pun bermunculan. Namun ketetapan visi menjadikan Paris lebih teratur dan manusiawi membuat kerja Napoleon-Haussman tak terbendung. Di dukung pembiayaan pemerintah, pemilik bangunan di wajibkan berpartisipasi mengubah bentuk gedung, memeliharanya, dan menjaga tetap berfungsinya utilitas kota.
Transformasi Haussman atas Paris membawa perbaikan yang nyata terhadap kualitas hidup di ibu kota. Penyakit epidemic (seperti Tuberkulosis) berhenti, kualitas sirkulasi udara meningkat, dan bangunan-bangunan baru yang lebih baik di bangun, bahkan lebih fungsional dari pada pendahulu mereka. Paris pun tumbuh menjadi sebuah nama yang tak mungkin luput dari ingatan, sebuah kota yang di cintai penduduknya, sebuah kota yang di rindukan setiap pengelana dari sudut-sudut dunia.
Dan pada akhirnya, Paris yang di cintai para turis hari ini adalah hasil dari sebuah sejarah panjang yang melibatkan gagasan-gagasan hebat para pemikir masa depan dari masa lalu. Paris adalah sebuah mahakarya, sebuah panutan untuk kota-kota lain di manapu di belahan lain yang mencerminkan kepedulian para pendahulunya untuk membentuk ruang yang lebih baik untuk waktu yang akan datang.







2 komentar: