Selasa, 29 Desember 2015

Teori Von Thunen (sewa tanah)
Johann Heinrich Von Thunen(1826) telah mengembangkan hubungan antara perbedaan lokasi pada tata ruang (spatial location) dan pola penggunaan lahan.
Johann Heinrich Von Thunen menguraikan teori sewa lahan diferensial dalam bukunya yang berjudul Der Isoleierte Staat, in Beziehung auf Landwirtschaft und Nationalokonomie (Berlin:Schumacher-Zarchin,1975) Inti pembahasan Von Thunen adalah mengenai lokasi dan spesialisasi pertanian. Berdasarkan asumsi-asumsi yang di gunakan ,yaitu:
a)    Wilayah model yang terisolasikan (isolated state) adalah bebas dari pengaruh pasar kota-kota lain,
b)    Wilayah model membentuk tipe pemukiman perkampungan di mana kebanyakan keluarga petani hidup pada tempat-tempat yang terpusat dan bukan tersebar di seluruh wilayah,
c)    Wilayah model memiliki iklim,tanah,topografi yang seragam atau unifrom (produtivitas tanah secara fisik adalah sama),
d)    Wilayah model memiliki fasilitas transportasi tradisional yang relatif seragam,dan
e)    Faktor- faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah konstan,maka dapat dianalisis bahwa sewa lahan merupakan hasil persaingan antara berbagai jenis penggunaan lahan.
Semakin dekat letaknya dengan pasar penjualan atau pusat kota,berarti semakin           tinggi sewa lahannya dan semakin berkurang pula biaya transportasinya. Sewa lahan pada suatu lokasi tertentu di ukur oleh manfaat biaya transpor yaitu perbedaan biaya transpor         pada lokasi tersebut dan pada perbatasan wilayah suplai.
Jadi lokasi berbagai jenis produksi pertanian di tentukan oleh kaitan antara harga komoditas-komoditas pertanian dalam pasar dan jarak antara daerah produksi dengan pasar penjualan. Kegiatan yang mampu menghasilkan panen fisik tertinggi per hektar di tempatkan pada kawasan konsentris yang pertama di sekitar kota, karna keuntungan yang tinggi per hektar memungkinkan untuk membayar sewa lahan yang tinggi. Kawasan produksi berikutnya adalah kurang intensif di bandingkan dengan kawasan produksi yang pertama,demikian seterusnya.
Menurut Von Thunen, produsen-produsen tersebar di daerah luas, sedangkan pembeli-pembeli terkonsentrasi pada titik sentral (buyer concertrated, seller dispersed). Titik sentral pada umumnya merupakan kota, dan tidak terdapat perbedaan lokasi di antara para pembeli di dalam kota. Semua pembeli membayar suatu harga tertentu,tetapi unit penghasilan bersih di antara para produsen berbeda-beda,tergantung pada jaraknya dari pusat konsumsi. Model Von Thunen ini termasuk dalam kategori satu unit pasar dan banyak unit produksi.
Jika terdapat kenaikan biaya transpor,maka harga barang akan naik, dan sebaliknya penurunan biaya transpor akan menurunkan harga pasar dan memperbesar penjualan. Manfaat dari penjualan yang bertambah tersebut akan di nikmati oleh para penjual yang jaraknya lebih jauh, yang berarti lebih banyak penjual yang melayani suatu pasar, maka akibatnya permintaan meningkat pula. Contohnya persediaan lahan di perkotaan memicu berlakunya hukum ekonomi, yaitu semakin langka barang,permintaan akan semakin meningkat. Sama halnya lahan perkotaan semakin dekat dengan pusat perkotaan maka harga akan semakin tinggi.

Meskipun model Von Thunen dapat di katakan masih sangat sederhana, tetapi sumbangan pemikirannya terhadap ilmu pengembangan wilayah adalah cukup penting,yaitu mengenai penentuan kawasa (zoning menurut berbagai jenis kegiatan usaha (pertanian).
Teori  Alfred Weber (lokasi optimum dan aglomerasi industri)

Alfred Weber mengembangkan teori lokasi yang berorientasi pada letak atau lokasi yang di kembangkan oleh Wilhelm Launhardt. Teori ini menekankan pada letak atau lokasi yang di kembangkan  di wilayah di mana pusat sumber daya sebagai bahan baku dan pasar itu berada.pengembangan ekonomiwilayah di hubungkan dengan pemasaran bahan baku yang di pengaruhi oleh biaya angkutan bahan baku tempat pengolahan dan pasar. Biaya angkut ini di tentukan oleh jarak, semakin jauh sumber bahan baku dari pasar akan semakin tinggi biaya angkut komoditas tersebut begitupun sebaliknya. Teori Weber ini secara sederhana telah menghitung alokasi dari suatu kegiatan usaha di dasarkan pada nilai index industri yang besarnya di hitung berdasarkan tiga hal yaitu bahan baku(Bb),berat hasil produksi(Hp)dan harga satuan biaya angkut bahan mentah atau bahan baku(Cbb) dan harga satuan biaya angkut produksi (Cpr), di mana nilai Indek=Bb.Cbb/Hp.Cpr.
Weber menekankan pentingnya biaya transpor sebagai faktor pertimbangan lokasi dan ia telah mengupasnya secara sistematis. Teori Weber sebenarnya menentukan dua kekuatan lokasional primer, yaitu orientasi transpor dan orientasi tenaga kerja. Pada dasarnya pengusaha itu mempunyai kebebasan untuk menempatkan industri atau pabriknya. Dalam kerangka ini semua variabel biaya produksi seperti upah buruh,manajemen,dan lainnya di anggap tidak menunjukkan variasi secara spasial,berarti harga-harga faktor produksi adalah sama di mana-mana. Bagaimana pengusaha akan meminimimalisasikan biaya traspor? Biaya transpor dianggap sebagai suatu variabel penting dalam penentuan lokasi industri. Asumsi yang sangat sederhana di tetapkan yaitu tingkat biaya transpor adalah flat berdasarkan pada berat muatan dan fasilitas transportasi tersedia ke segala jurusan. Asumsi tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, yaitu pada umumnya biaya transpor untuk hasil akhir seringkali lebih tinggi dari pada untuk bahan baku dan fasilitas transpor hanya terbatas pada sejumlah rute.
Dalam  teorinya,Weber mengintroproduksikan beberapa konsep pokok, yakni indeks materi (material indekx),beratlokasional (locational weight), dan isodapan kritis (crtitical isodapanes) W.Isard dalamH.W.Richardson 1972, 42-44).
 Indeks material adalah perbandingan berat bahan baku dan berat hasil akhir. Berat laksioanal adalah berat totaldari semua barang (meliputi hasil akhir, bahan baku, bahan bakar, dan sebagainya) yang harus di angkut ke dan dari tempat produksi untuk setiap satuan keluaran.
Biaya penanganan (hadling cost) mempunyai peranan penting (sering kali begitu tinggi ) dalam keseluruhan biaya transpor,tidak hanya dari unsur-unsur biaya keuangan tetapi juga biaya non monoter, seperti kerugian waktu, kwtidaknymanan, dansebagainya. Terbatasnya pepayanan transportas pada umumnya cenderung menempatkan pada lokasi nodal, yang sering merupakan trransportation junction (jalan sambung transportasi) atau transhipment point(titik pindah muat, M.Sadii;1959,I.IV.3) di mana trasportasi darat dan laut bertemu satu sama lainnya yang kemudian menunjang terbentuknya pusat-pusat industri.
Konsep isodapan di jelaskan sebagai berikut,jika suatu tempat (misalnya p1) adalah tempat biaya transpor minimum, dan sekitar titik tersebut dapat di jangkau dengan suatu tingkat biaya transpor tertentu yang lebih tinggi dari pada di tempat p1, dengan asumsi bahwa trasportasi ke semua jurusan adalah tersedia,maka akan di perolrh suatu lingkaran(a closed curve) di sebut isodapan. Rangkaian isopadan seperti ini menggambarkan berbagai tingkat biaya transpor minimum pada titik p1.
            Terdapat kemungkina terjadinya deviasi atau penyimpangan lokasi industri dari titik biaya transpor minimum, misalnya lokasi industri mendekati lokasi tenaga kerja yang murah,hal ini masih dapat di pertanggung jawabkan jika penghematan dalam faktor per unit (upah buruh) lebih besar atau paling sedikit sama dengan tambahan toal biaya transpor. Jika selisih antara tambahan biaya trasnpor sama dengan keuntungan- keuntungan biaya non transpor yang dapat di peroleh pada suatu tempat alternatif,maka tempat tersebut terletek di dalam lingkaran kritis, maka tempat tersebut meruoakan lokasi produksi yang lebih efisien dari pada titik biaya minimum.
            Kedua konsep berat lokasional dan isodapan kritis dapat di gunakan menjelaskan teori Weber tentang aglomerasi industri.  Weber adalah seorang ahli teori lokasi yang pertama membahas mengenai aglomerasi secara eksplisit,secara diagrmatik. Terdapat tiga unit produksi, yaitu p1,p2,dan p3, masing- masing berlokasi di tempat biaya transpor menimumnya. Ketiga unit produksi tersebut berdekatan letaknya, sehingga isopadan-isopadan kritisnya berpotongan satu sama lainnya, ahl ini berarti terjadi aglomerasi. Tempat aglomerasi yang menguntungkan terletak di dalam segmen bersama A dari ke tiga lingkaran isopadan tersebut,karena produksi pada setiap transpor minimum yang terletak di luar segmen bersama A (W.Isard dalam H.W.Richardson (ed);1970,42-44).
            Secara teoretik, tempat optimal (optimal site) adalah tempat di mana biaya-biaya transpor bagi kombinasi keluaran toal adalah yang paling randah. Dalam praktek, hal ini berarti bahwa yang terbesar di antara ketiga perusahan tersebut akan menarik perusahan-perusahan yang lebih kecil ke suatu lokasi di dalam segmen yang lebih dekat kepada titik biaya transpor minimumnya perusahaan terbesar tersebut. Karena perubahan posisi lokasi yang harus di lakukan oleh perusahaan terbesar adalah lebih kecil kemungkinannya dari pada yang harus di lakukan oleh perusahaan-perusahaan kecil lainnya,maka deviasi total dari titik-titik biaya transpor minimum dapat di katakan kecil saja kemungkinannya.
            Pemikiran Weber telah memberikan sumbangan ilmiah dalam banyak aspek, tapi di lain pihak,beberapa kelemahan analisis Weber dapat di kemukakan secara umum (W.Alonso dalam L. Needleman (ed);1968,63-68)
1)    Keuntungan-keuntungan aglomersi (agglomaretion economice) yang di ketengahkan itu tidaklah merupakan suatu daftar yang lengkap dan menyeluruh,karena tidak mencakup bunga modal,asuransi,dan pajak.
2)    Analisis   Weber merupakan suatu kontruk teoritik yang sukar di kuantifikasikan,seperti halnya keuntungan-kruntungan eksternal adalah sukar di ukur.
3)    Menurut pendapaatnya penghematan biaya aglomerasi yang terbesar adalah dalam industri-industri yang nilai tambahnya tinggi;semakin bertambahnya kepadatan penduduk dan semakin berkurangnya tarif angkutan,kedua-duanya menambah kecenderungan aglomerasi. Ia berpendapat bahwa kecenderungan aglomerasi dapat di padukan ke dalam proses perkembangan ekonomi yang akan berakibat bahwa perubahan lokasional akan di cerminkan oleh semakin bertambahnya aglomerasi,tetapi hal ini adalah kurang relevan.

            Walaupun teori Weber mempunyai kelemahan-kelemahan,tetapi kontribusinya secara esensial dalam pengembangan wilayah dapat di catat, bahwa ia merupakan perintis dalam analisislokasi yaitu mengenai munculnya pusat-pusat kegiatan ekonomi tersebut yang kemudian diindetifikasikan sebagai wilayah nodal (pusat-pusat perkotaan).dapat di catat pula bahwa Weber telah mengembangkan pula dasar-dasar analisis pasar;model Weber termasuk kategori satu unit pasar atau banyak unit produksi pasar.
            Analiasis aglomerasi di atas menjelskan pengelompokan kegiatan-kegiatan ekonomi pada suatu lokasi tertentu,tetapi tidak menekankan pada kecenderungan pertumbuhan regional yang berkesinambungan sebagai akibat dari pengelompokan tersebut. Proses pengelompokan kegiatan-kegiatan selama suatu jangka waktu di jelaskan dalam analisis polarisasi,sedangkan aglomerasi itu dapat diinterpretasikan sebagai akibat dari proses polarisasi. Salah seorang ahli ekonomi yang menekankan pentingnya pembangunan polarisasi adalah Friedmann.


Teori Fianstein dan Norman (tipologi perencanaan)

            Fianstein dan Norman (1991) tipologi perencanaan dibagi atas empat macam yang di dasarkan pada pemikiran teoritis,sebagai berikut:
a.            Traditional Planning (perencanaan tradisional)
Perencanaan ini bertujuan untuk merubah sebuah sistem kota yang telah rusak. Biasanya konsep perencanaan ini membuat kebijakan-kebijakan untuk melakukan perbaikan pada sistem kota.pada perencanaan tradisional memiliki program inovatif terhadap perbaikan lingkungan perkotaan dengan menggunakan standar dan metode yang profesional.
b.               User-Oriented Planning (perencanaan yang berorientasi pada pengguna)
Konsep ini adalah membuat perencanaan yang bertujuan untuk mengakomodasi pengguna dari produk perencana tersebut,dalam hal ini masyarakat kota.
c.Advocacy Planning (perencanaan advokasi)
Pada perencanaan ini berisikan program pembelaan terhadap masyarakat yang termarjinalkan dalam proses pembangunan kota dalam hal ini masyarakat miskin kota.
d.               Incremental Planning (perencanaan dukungan)
Pada perencanaan yang bersifat dukungan sebuah proses pengambilan keputusan terhadap permasalahan-permasalahan perkotaan. Produk perencanaan ini bersifat analisis yang mendalam terhadap permasalahan dengan mempertimbangkan dampak positif dan dampak negatif sebuah kebijakan.

Bandung Command Centre    

        
            Bandung Command Centre menjadi unsur utama. Di instalasi canggih ini, terdapat dua software dan aplikasi unggulan yakni Media Social Mapping dan Panic Button.
            Media Social Mapping merupakan software canggih yang dihibahkan oleh pemerintah Norwegia sebagai uji coba. Piranti lunak ini mampu menangkap segala macam percakapan warga di media sosial facebook dan twitter yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik ataupun keluhan-keluhan warga terkait dengan infrastruktur. "Ini mesin yang bisa mengatract percakapan warga. Dihitung per wilayah per isu masalah
            software buatan perusahaan IT Mediawafe ini ternyata diminati oleh pemerintah kota Oakland, Amerika Serikat. Menurut dia, perusahaan pembuat piranti lunak ini bakal segera melakukan kerjasama dengan pemerintah kota Oakland.
            Tombol panik (panic button). Aplikasi ini merupakan hibah dari PT Telkom Indonesia dan baru bisa diunduh di handphone pintar berbasis android melalui Playstore dengan nama X-igent Panic Button.
Cara kerja panic button ini, setelah diunduh dan di install di smartphone, pengguna perlu terlebih dahulu mengisi data pribadi yang akurat disertakan dengan nomor telepon orang terdekat yang bisa dihubungi.
Setelah data dan aplikasi terpasang, pemohon bantuan harus memencet 3 kali tombol panik di layar smartphone. Pemohon bantuan akan langsung terlacak di Bandung Command Centre. Petugas kepolisian yang menerima aduan langsung menghubungi petugas lapangan terdekat agar menghampiri pemohon bantuan. Kurang dari 3 menit, petugas akan langsung datang.
Selain memencet tombol 'SOS' sebanyak 3 kali dari layar ponsel, ke depan PT Telkom Indonesia juga menyediakan tombol khusus yang berfungsi sama. Tombol tersebut cukup dipasang di lubang audio. Tombol tambahan ini rencananya bakal dilempar ke pasaran dengan harga jual sekitar Rp 50.000.
"Panic button ini kerjasama dengan kepolisian, lebih fokus kepada keamanan. Tapi diregistrasi dulu data hapenya. Pengguna harus bisa bertanggungjawab. Nanti kalau disalahgunakan bisa kita mintai pertanggungjawaban orang yang sudah registrasi lagi.
Selain dua piranti lunak tersebut, ada juga software Project Manajemen. Jadi kalau ada 100 proyek infrastruktur jalan, trotoar, pengerukan, lokasinya kita bisa tahu lewat foto. Kita bisa    tahu penyerapan anggaran sehingga tidak harus selalu ke titik lokasi proyek secara fisik cukup dipantau dari Bandung Command Centre.
Kelemahannya aplikasi ini hanya bias di unduh melalui android untuk handphone lainnya belu bias. Kelemahan lainnya, pannic button ini juga tidak beroperasi 24 jam. Artinya, masih ada kekurangan pegawai.


Teori Francois Perroux (kutub pertumbuhan)

            Menurut Francois perroux,pertumbuhan tidak muncul di setiap tempat secara simultan dan serentak. Pertumbuhan di ciptakan dan memiliki intensitas yang berbeda yang di sebut pusat pertumbuhan. Pertumbuhan  ataupun pembangunan tidak di lakukan di seluruh tata ruang, tetapi terbatas pada beberap tempat atau lokasi tertentu. Tata ruang di identifikasikannya sebagai arena atau medan kekuatan yang di dalamnya terdapat kutub-kutub atau pusat-pusat. Setiap kutub mempunyai kekuatan pancaran pengembangan keluar dan kekuatan tarikan ke adlam. Teori ini menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi dan khususnya mengenai perusahaan-perusahaan dan industri-industri serta saling ketergantungannya,dan bukan mengenai pola geografi dan pergeseran industri baik secara intra maupun inter. Pada dasarnya konsep kutub pertumbuhan mempunyai pengertian tata ruang ekonomi secara abstrak.
             Konsep kutub pertumbuhan dapat di gunakan sebagai alat untuk mengamati gejala-gejala pembangunan, proses kegiatan-kegiatan ekonomi, timbul dan berkembangnya industri-industri pendorong serta peranan keuntungan-keuntungan aglomerasi. Inti pokok dari pertumbuhan wilayah terletak pada inovasi-inovasi yang terjadi pada perusaah-perusahaan atau industri-industri berskala besar dan terdapatnya ketergantungan antar perusahaan atau industri.
            Dalam kerangka dasar pemikiran Perroux, suatu tempat merupakan suatu kutub pertumbuhan apabila di tempat tersebut terdapat industri kunci (key industry) yang memainkan peranan sebagai pendorong yang di namik karna industri tersebut mempunyaikemampuan untuk melakukan inovasi. Suatu kutub pertumbuhan dapat merasakan pula suatu kompleks industri. Industri kunci adalah yang mempunyai dampak berantai ke depan (forward linkage).
            Kutub pertumbuhan dapat di tafsirkan dalam dua pengertian,yaitu secara fungsional dan secara geografis.
Ø Penafsiran secara fungsional menggambarkan kutub pertumbuhan itu sebagai suatu kelompok perusahaan, cabang industri, atau unsur-unsur dinamik yang meningkatkan kehidupan ekonomi.
Ø Di sekitar kutub geografis, pertumbuhan industri-industri yang menonjol dan kegiatan-kegiatan yang mempunyai keterkaitan dengan industri-industri tersebut lebih pesat dari pada di lokaassi-lokasi lainnya, dan selanjutnya dari kutub tersebut manfaatnya akan menyebar ke seluruh pelosok wilayah.
Tiga ciri penting dari konsep kutub pertumbuhan dapat  yang di kemukakan, yaitu:
a)  Terdapat keterkaitan internal antara berbagai industrii secara teknik dan `                ekonomi,
b)  Terdapat pengaruh multipler,dan
c)  Terdapat konsentrasi geografis.

Dubai
Pada tahun 1833 sekelompok suku Bani Yas yang dipimpin oleh keluarga Maktoum bermukim di sekitar muara sungai kecil (creek) di pantai utara semenanjung Arab yang dinamakan Dubai. Dubai pada awalnya merupakan tempat perdagangan ikan, mutiara dan hasil laut lainnya. Puluhan tahun kemudian, Dubai berkembang menjadi pelabuhan alami karena teluk dan creek memudahkan kapal laut membongkar muat barang ke daratan. Pada awal abad ke-20, Dubai menjelma menjadi pelabuhan laut yang ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari India, Iran, Arab Saudi dan negara disekitar teluk lainnya dengan jenis komoditi yang mulai beragam. Souk (bahasa Arab yang artinya pasar) mulai menjamur di sepanjang creek terutama di daerah Deira. Deira adalah wilayah perdagangan sebelah barat creek sedangkan sebelah timur dinamakan Bur Dubai. Pada tahun 1950 creek mulai dangkal karena tertimbun lumpur akibat banyaknya kapal laut yang berlabuh. Emir Dubai saat itu yaitu Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum memutuskan untuk memperdalam creek untuk memudahkan lalu lintas kapal laut. Saat itu pekerjaan tersebut adalah sangat berat dan memerlukan biaya yang besar. Namun hasil jerih payah itu terlihat dari perkembangan Dubai sebagai pelabuhan dagang yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sewaktu ditemukannya ladang minyak di Dubai pada tahun 1966, pemerintah Dubai memanfaatkan pendapatan dari penjualan minyak untuk pembangunan infrastruktur. Pembangunan besar - besaran segera dimulai pada awal tahun 1967 yaitu bangunan sekolah, rumah sakit, jalan raya, jaringan telekomunikasi modern dan bandar udara internasional yang dapat menampung semua jenis pesawat. Disamping itu Sheikh Rashid juga memerintahkan untuk membangun pelabuhan laut di Jebel Ali disamping pelabuhan laut yang sudah ada di Dubai. Pelabuhan laut Jebel Ali merupakan pelabuhan buatan manusia terbesar di dunia hingga saat ini. Sadar akan keterbatasan cadangan minyak yang hanya sebesar 4 milyar barel, Sheikh Rashid telah melihat potensi Dubai untuk menjadi pusat perdagangan internasional di kawasan Timur Tengah. Kiat pembangunan Dubai adalah kepemimpinan yang transparan, infrastruktur yang berkulitas tinggi, iklim usaha yang nyaman bagi para ekspatriat, tidak ada pengenaan pajak pendapatan perorangan dan perusahaan dan tarif bea masuk barang impor yang rendah. Kiat tersebut ternyata berhasil membawa Dubai menjadi pusat perdagangan dan investasi serta pariwisata yang paling diminati di kawasan. Letak geografis Dubai menjadi salah satu keuntungan dalam perkembangannya menjadi hub perdagangan antara Asia dan Afrika serta Eropa. Sejak tahun 1960, Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum dan Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan (Emir Abu Dhabi) mempunyai cita-cita untuk mendirikan negara federasi emirat-emirat di sepanjang pantai utara Semenanjung Arab. Impian itu terwujud dengan berdirinya United Arab Emirates (UAE) pada tahun 1971 yang terdiri dari emirat Abu Dhabi, Dubai, Sharjah, Ajman, Ras Al Khaimah, Umm Al Quwain dan Fujairah. Sheikh Zayed adalah Presiden pertama Persatuan Emirat Arab (PEA) dan digantikan oleh anaknya yaitu Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan setelah Sheikh Zayed meninggal dunia pada bulan Nopember 2004. Sheikh Rashid terpilih sebagai Wakil Presiden dan Perdana Menteri pertama PEA. Dibawah kepempinan Sheikh Zayed, ekonomi PEA berkembang pesat menjadi salah satu negara kaya di dunia dengan GDP mencapai US$ 77,5 milyar, GDP percapita US$ 25.000 (2003).


Kamis, 24 Desember 2015

Teori Pertumbuhan Kota(Spiro Costof)

Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota ada dua macam yaitu geometri dan organik.Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu Planned dan Unplanned:
§  Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa abad pertengahan dengan pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometrik.







§  Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara sepontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut dengan organik pattern, bentuk kota organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan non geometrik.
 






Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh kostol dianalogikan secara biologis seperti organ tubuh manusia, yaitu :
1.Square, open space sebagai paru-paru.
2.Center, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic).
3.Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh.
4.Kegiatan ekonomi kota sebagai sel yang berfikir.
5.Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh.
6.Unsur kapital (keuangan dan bangunan) sebagai energi yang mengalir ke     seluruh sistem perkotaan.

Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi ruang komunal dan ruang publik yang tidak teratur tetapi menunjukkan adanya kontak sosial dan saling menyesuaikan diri antara penduduk asli dan pendatang, antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Perubahan demi perubahan fisik dan non fisik (sosial) terjadi secara sepontan. Apabila salah satu elemenya terganggu maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari keseimbangan baru. Demikian ini terjadi secara berulang-ulang.

Paris

Paris “Modern” adalah hasil dari rancangan ulang urban pada pertengahan abad ke-19. Telah berabad-abad kota ini menjadi labirin bagi jalan sempit, namun sejak tahun 1852, urbanisasi luas Baron Haussmann meratakan seluruh distrik yang ada untuk membuat jalan agar lebih lebar kemudian melengkapinya dengan bangunan batu dengan desain neo-klasik bourgeoise. Sementara Paris saat itu masih memberlakukan hukum “pelurusan” yang diubah (facade bangunan diganti menurut lebar jalan) pada pembangunan baru. Tinggi dari bangunan juga di tetapkan menurut lebar jalan yang dilaluinya, dan ciri bangunan Paris telah mengalami perubahan sejak pertengahan abad ke-19 untuk konstruksi yang tinggi.




Di Perancis pada pertengahan 1800. Kala itu, di bawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte III yang merekrut prefek Seine sekaligus ahli tata kota, Baron Haussmann, di lakukan penataan ulang Paris secara radikal.
Paris pada awal 1800-an begitu berkembang dan menjadi kawasan kumuh. Kota di penuhi gang sempit. Saluran air dan sungai tidak berfungsi baik dan Paris menjadi kota sumber penyakit. Tingkat kematian warga tergolong tinggi saat itu. Haussmann kemudian menggusur banyak bangunan yang sudah berdiri sejak abad XI-XII, termasuk beberapa gedung di Ille de Cite, di mana Notre Dame berdiri. Ia menggusur banyak bangunan guna menambah tujuh boulevard baru selebar 30 meter.
Haussman di juluki seniman penghancur, kritik pedas pun bermunculan. Namun ketetapan visi menjadikan Paris lebih teratur dan manusiawi membuat kerja Napoleon-Haussman tak terbendung. Di dukung pembiayaan pemerintah, pemilik bangunan di wajibkan berpartisipasi mengubah bentuk gedung, memeliharanya, dan menjaga tetap berfungsinya utilitas kota.
Transformasi Haussman atas Paris membawa perbaikan yang nyata terhadap kualitas hidup di ibu kota. Penyakit epidemic (seperti Tuberkulosis) berhenti, kualitas sirkulasi udara meningkat, dan bangunan-bangunan baru yang lebih baik di bangun, bahkan lebih fungsional dari pada pendahulu mereka. Paris pun tumbuh menjadi sebuah nama yang tak mungkin luput dari ingatan, sebuah kota yang di cintai penduduknya, sebuah kota yang di rindukan setiap pengelana dari sudut-sudut dunia.
Dan pada akhirnya, Paris yang di cintai para turis hari ini adalah hasil dari sebuah sejarah panjang yang melibatkan gagasan-gagasan hebat para pemikir masa depan dari masa lalu. Paris adalah sebuah mahakarya, sebuah panutan untuk kota-kota lain di manapu di belahan lain yang mencerminkan kepedulian para pendahulunya untuk membentuk ruang yang lebih baik untuk waktu yang akan datang.