Teori Alfred Weber (lokasi optimum dan aglomerasi
industri)
Alfred
Weber mengembangkan teori lokasi yang berorientasi pada letak atau lokasi yang
di kembangkan oleh Wilhelm Launhardt. Teori ini menekankan pada letak atau
lokasi yang di kembangkan di wilayah di
mana pusat sumber daya sebagai bahan baku dan pasar itu berada.pengembangan
ekonomiwilayah di hubungkan dengan pemasaran bahan baku yang di pengaruhi oleh
biaya angkutan bahan baku tempat pengolahan dan pasar. Biaya angkut ini di
tentukan oleh jarak, semakin jauh sumber bahan baku dari pasar akan semakin
tinggi biaya angkut komoditas tersebut begitupun sebaliknya. Teori Weber ini
secara sederhana telah menghitung alokasi dari suatu kegiatan usaha di dasarkan
pada nilai index industri yang besarnya di hitung berdasarkan tiga hal yaitu
bahan baku(Bb),berat hasil produksi(Hp)dan harga satuan biaya angkut bahan
mentah atau bahan baku(Cbb) dan harga satuan biaya angkut produksi (Cpr), di
mana nilai Indek=Bb.Cbb/Hp.Cpr.
Weber
menekankan pentingnya biaya transpor sebagai faktor pertimbangan lokasi dan ia
telah mengupasnya secara sistematis. Teori Weber sebenarnya menentukan dua
kekuatan lokasional primer, yaitu orientasi transpor dan orientasi tenaga
kerja. Pada dasarnya pengusaha itu mempunyai kebebasan untuk menempatkan
industri atau pabriknya. Dalam kerangka ini semua variabel biaya produksi
seperti upah buruh,manajemen,dan lainnya di anggap tidak menunjukkan variasi
secara spasial,berarti harga-harga faktor produksi adalah sama di mana-mana.
Bagaimana pengusaha akan meminimimalisasikan biaya traspor? Biaya transpor
dianggap sebagai suatu variabel penting dalam penentuan lokasi industri. Asumsi
yang sangat sederhana di tetapkan yaitu tingkat biaya transpor adalah flat
berdasarkan pada berat muatan dan fasilitas transportasi tersedia ke segala
jurusan. Asumsi tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, yaitu pada umumnya
biaya transpor untuk hasil akhir seringkali lebih tinggi dari pada untuk bahan
baku dan fasilitas transpor hanya terbatas pada sejumlah rute.
Dalam teorinya,Weber mengintroproduksikan beberapa
konsep pokok, yakni indeks materi (material indekx),beratlokasional (locational
weight), dan isodapan kritis (crtitical isodapanes) W.Isard dalamH.W.Richardson
1972, 42-44).
Indeks material adalah perbandingan berat
bahan baku dan berat hasil akhir. Berat laksioanal adalah berat totaldari semua
barang (meliputi hasil akhir, bahan baku, bahan bakar, dan sebagainya) yang
harus di angkut ke dan dari tempat produksi untuk setiap satuan keluaran.
Biaya
penanganan (hadling cost) mempunyai peranan penting (sering kali begitu tinggi
) dalam keseluruhan biaya transpor,tidak hanya dari unsur-unsur biaya keuangan
tetapi juga biaya non monoter, seperti kerugian waktu, kwtidaknymanan,
dansebagainya. Terbatasnya pepayanan transportas pada umumnya cenderung
menempatkan pada lokasi nodal, yang sering merupakan trransportation junction
(jalan sambung transportasi) atau transhipment point(titik pindah muat,
M.Sadii;1959,I.IV.3) di mana trasportasi darat dan laut bertemu satu sama
lainnya yang kemudian menunjang terbentuknya pusat-pusat industri.
Konsep
isodapan di jelaskan sebagai berikut,jika suatu tempat (misalnya p1) adalah tempat
biaya transpor minimum, dan sekitar titik tersebut dapat di jangkau dengan
suatu tingkat biaya transpor tertentu yang lebih tinggi dari pada di tempat p1,
dengan asumsi bahwa trasportasi ke semua jurusan adalah tersedia,maka akan di
perolrh suatu lingkaran(a closed curve) di sebut isodapan. Rangkaian isopadan
seperti ini menggambarkan berbagai tingkat biaya transpor minimum pada titik
p1.
Terdapat
kemungkina terjadinya deviasi atau penyimpangan lokasi industri dari titik
biaya transpor minimum, misalnya lokasi industri mendekati lokasi tenaga kerja
yang murah,hal ini masih dapat di pertanggung jawabkan jika penghematan dalam
faktor per unit (upah buruh) lebih besar atau paling sedikit sama dengan
tambahan toal biaya transpor. Jika selisih antara tambahan biaya trasnpor sama
dengan keuntungan- keuntungan biaya non transpor yang dapat di peroleh pada
suatu tempat alternatif,maka tempat tersebut terletek di dalam lingkaran kritis,
maka tempat tersebut meruoakan lokasi produksi yang lebih efisien dari pada
titik biaya minimum.
Kedua
konsep berat lokasional dan isodapan kritis dapat di gunakan menjelaskan teori
Weber tentang aglomerasi industri. Weber
adalah seorang ahli teori lokasi yang pertama membahas mengenai aglomerasi
secara eksplisit,secara diagrmatik. Terdapat tiga unit produksi, yaitu
p1,p2,dan p3, masing- masing berlokasi di tempat biaya transpor menimumnya.
Ketiga unit produksi tersebut berdekatan letaknya, sehingga isopadan-isopadan
kritisnya berpotongan satu sama lainnya, ahl ini berarti terjadi aglomerasi.
Tempat aglomerasi yang menguntungkan terletak di dalam segmen bersama A dari ke
tiga lingkaran isopadan tersebut,karena produksi pada setiap transpor minimum
yang terletak di luar segmen bersama A (W.Isard dalam H.W.Richardson
(ed);1970,42-44).
Secara
teoretik, tempat optimal (optimal site) adalah tempat di mana biaya-biaya
transpor bagi kombinasi keluaran toal adalah yang paling randah. Dalam praktek,
hal ini berarti bahwa yang terbesar di antara ketiga perusahan tersebut akan
menarik perusahan-perusahan yang lebih kecil ke suatu lokasi di dalam segmen
yang lebih dekat kepada titik biaya transpor minimumnya perusahaan terbesar
tersebut. Karena perubahan posisi lokasi yang harus di lakukan oleh perusahaan
terbesar adalah lebih kecil kemungkinannya dari pada yang harus di lakukan oleh
perusahaan-perusahaan kecil lainnya,maka deviasi total dari titik-titik biaya
transpor minimum dapat di katakan kecil saja kemungkinannya.
Pemikiran Weber telah memberikan
sumbangan ilmiah dalam banyak aspek, tapi di lain pihak,beberapa kelemahan
analisis Weber dapat di kemukakan secara umum (W.Alonso dalam L. Needleman
(ed);1968,63-68)
1) Keuntungan-keuntungan
aglomersi (agglomaretion economice) yang di ketengahkan itu tidaklah merupakan
suatu daftar yang lengkap dan menyeluruh,karena tidak mencakup bunga
modal,asuransi,dan pajak.
2) Analisis Weber merupakan suatu kontruk teoritik yang
sukar di kuantifikasikan,seperti halnya keuntungan-kruntungan eksternal adalah
sukar di ukur.
3) Menurut
pendapaatnya penghematan biaya aglomerasi yang terbesar adalah dalam
industri-industri yang nilai tambahnya tinggi;semakin bertambahnya kepadatan
penduduk dan semakin berkurangnya tarif angkutan,kedua-duanya menambah
kecenderungan aglomerasi. Ia berpendapat bahwa kecenderungan aglomerasi dapat
di padukan ke dalam proses perkembangan ekonomi yang akan berakibat bahwa
perubahan lokasional akan di cerminkan oleh semakin bertambahnya
aglomerasi,tetapi hal ini adalah kurang relevan.
Walaupun
teori Weber mempunyai kelemahan-kelemahan,tetapi kontribusinya secara esensial
dalam pengembangan wilayah dapat di catat, bahwa ia merupakan perintis dalam
analisislokasi yaitu mengenai munculnya pusat-pusat kegiatan ekonomi tersebut
yang kemudian diindetifikasikan sebagai wilayah nodal (pusat-pusat
perkotaan).dapat di catat pula bahwa Weber telah mengembangkan pula dasar-dasar
analisis pasar;model Weber termasuk kategori satu unit pasar atau banyak unit
produksi pasar.
Analiasis
aglomerasi di atas menjelskan pengelompokan kegiatan-kegiatan ekonomi pada
suatu lokasi tertentu,tetapi tidak menekankan pada kecenderungan pertumbuhan
regional yang berkesinambungan sebagai akibat dari pengelompokan tersebut.
Proses pengelompokan kegiatan-kegiatan selama suatu jangka waktu di jelaskan
dalam analisis polarisasi,sedangkan aglomerasi itu dapat diinterpretasikan
sebagai akibat dari proses polarisasi. Salah seorang ahli ekonomi yang
menekankan pentingnya pembangunan polarisasi adalah Friedmann.